Revenge Is Not Worth It


Bismillah...

Setiap orang memiliki pengalaman menyakitkan yang berbeda-beda.

Ada yang pernah dihina, dipermalukan, difitnah, dikhianati, dikucilkan, ditelantarkan, dan sebagainya.

Berpikir tentang membalas dendam adalah respon yang bisa muncul ketika kita disakiti dan tidak diperlakukan dengan adil.

Salah satu studi eksperimen mengenai amarah dan hukuman menunjukkan hasil yang bagus untuk direnungkan [1].

Terdapat dua kelompok dalam eksperimen tersebut. Masing-masing kelompok memiliki anggapan yang sama, bahwa balas dendam itu baik untuk melepaskan emosi negatif.

Kelompok pertama diberi kesempatan untuk membalas dan menghukum oknum yang berlaku tidak adil.

Yang menarik, setelah menghukum oknum tersebut, mereka melaporkan bahwa perasaan mereka malah jadi tidak enak.

Kelompok kedua berpikir mungkin mereka akan merasa lebih baik jika diberi kesempatan juga untuk menghukum.

Padahal, hasil self report menunjukkan bahwa kelompok kedua (yang tidak diperkenankan untuk membalas) justru lebih bahagia dibanding kelompok pertama.
If revenge doesn't make us feel any better, why do we seek it?
Kebutuhan untuk membalas dendam sangat bisa dipahami, namun para ahli di bidang psikologi sepakat bahwa hal tersebut sama sekali tidak sehat.

Karena pada dasarnya balas dendam tidak berkaitan dengan proses pemulihan luka batin kita.

---

Sadarkah kamu?

Media memiliki andil karena mengangkat beragam tema mengenai amarah dan balas dendam.

Apa yang kita tonton dan dengar membentuk persepsi bahwa perasaan negatif yang kita alami akan hilang sepenuhnya jika membalas dendam atau membuat orang tersebut menderita.

Padahal meski kita punya power dan kondisi pun mendukung (untuk membalas), tetap saja tidak ada gunanya.

Kepuasannya semu.

Cara "balas dendam" yang sehat untuk mental kita adalah dengan memaafkan.

Pengalaman menyakitkan memang sulit dilupakan. Pun memaafkan adalah proses yang sebaiknya diusahakan terus menerus.

Lagipula, kita juga punya banyak salah. Sadar tak sadar pernah menyakiti, menyinggung orang lain, dan melakukan hal-hal bodoh.

Memaafkan memang sulit, terutama jika kita memiliki luka psikologis yang dalam. Maka minta tolonglah kepada Allah 'Azza wa Jalla, karena belajar memaafkan akan membuat langkah kita terasa lebih ringan.

Wallahul musta'an.
Semoga bermanfaat.
Thanks for reading and have a nice day.

Comments